Share this post on:

GAWIREA menutup penghujung tahun 2024 dengan kegiatan Net Zero Hero Workshop di Institut  Institut Shanti Buana, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Pertama kali menjajaki kaki di Bengkayang disambut dengan perbukitan dan lereng berkabut menandakan potensi sumber daya alam Bengkayang yang berlimpah. Dulunya wilayah ini termasuk daerah kesultanan yang menjadi tempat persinggahan para pedagang dan penambang emas. Belanda juga pernah menjadikan Bengkayang sebagai markas militer di Bukit Vandreng dari 1939 – 1942. Sejarah mencatat Bengkayang sebagai salah satu pusat kehidupan di Kalimantan Barat, hal ini menjadi latar belakang daerah ini menjadi salah satu tujuan prioritas untuk lokasi workshop ini.

“Asa’ dua talu ampat lima anam tujuh pama Jubata ai’, bintankng bulatn mataari pale nibukng kayu nang aya’, mototn nang tingi panamukng panyugu kadiaman timawakng pasansa’ pagalar pajalanan mulakng buah bukit mulakng kayu ai’ mulakng, pasak sunge solekng daukng uwi, akar pinang karake’ daukng banta’, moreatna’ baras banyu pama Jubata.” Mantra Jubata Ramin merupakan adat istiadat dalam bentuk permohonan kepada Tuhan. Mantra ini memiliki makna bahwa manusia sangat dekat dengan alam dan percaya bahwa ada roh nenek moyang yang menjaga alam di sekitarnya.

Institut Shanti Bhuana memberikan ruang Microteaching untuk kami berdiskusi bersama anak muda dengan dikelilingi pemandangan perbukitan hijau. Peserta yang hadir dalam kegiatan workshop ini sebanyak 35 orang yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar SMA. Bersama dengan para pemuda ini GAWIREA memperkenalkan alasan kenapa kami hadir untuk merangkul dan bekerjasama memerangi krisis iklim.  

Peserta Net Zero Hero Workshop di Institut Shanti Bhuana (GAWIREA, 2024)

Penandatanganan Kerjasama (GAWIREA, 2024)

Materi tentang apa itu krisis iklim menjadi pembuka diskusi kami. Pada materi ini diberikan berbagai sudut pandang mengenai peran anak muda dalam memerangi krisis iklim dalam lintas bidang keilmuan. 

“Pesan kami untuk anak muda kedepannya agar menjaga lingkungan demi lingkungan kita tetap asri dan nyaman” tutur teman – teman SMA Negeri 1 Bengkayang.

Diskusi Peran Anak Muda dalam Krisis Iklim (GAWIREA, 2024)

Demonstrasi Perangkat Solar Panel Bersama Kak Hisaint (GAWIREA, 2024)

Pada sesi kedua para peserta berkesempatan untuk merakit perangkat Pembangkit Listrik Tenaga Surya sistem off-grid sederhana. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan peserta tentang sumber energi yang ramah lingkungan. 

“Kita sebagai anak muda penting untuk mengikuti workshop seperti ini, karena dapat memotivasi kita untuk peduli dan melindungi lingkungan” tutur Nova, salah satu mahasiswa di Institut Shanti Bhuana. 

Peserta Menjelaskan Strategi Negaranya Melawan Krisis Iklim Bersama Kak Ichal (GAWIREA, 2024)

Permainan Net Zero Hero Tools menjadi sesi terakhir kegiatan bersama para peserta. Sesi ini memungkinkan peserta untuk beradaptasi tentang bagaimana para negara di dunia mempersiapkan strategi memerangi krisis iklim. Setiap peserta dikelompokan bersama para peserta lain dengan latar belakang berbeda untuk membuka diskusi yang beragam. Setelah menentukan tujuan kelompok, para peserta harus menyusun kartu aksi dan kebijakan sebagai strategi keberlanjutan lingkungan mereka.

Share this post on: