Share this post on:

Kalimantan Barat kerap disebut Serambi Khatulistiwa, hutan tropis dan lahan gambut yang luas menjadi penopang kehidupan bagi ribuan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Namun, perubahan iklim perlahan mengubah cerita mereka. Para petani kini menghadapi musim yang tak menentu, dengan panen yang sering gagal karena curah hujan yang tak lagi dapat diprediksi. Nelayan di sungai Kapuas mendapati hasil tangkapan mereka menurun akibat perubahan suhu air.

Bagi masyarakat di wilayah ini, hutan dan lahan gambut bukan hanya sekadar bentang alam, tetapi sumber kehidupan dan warisan yang harus dijaga. Ketika kebakaran melanda lahan gambut, asap yang tebal tak hanya mengganggu pernapasan, tetapi juga menyelimuti harapan mereka akan masa depan yang stabil. Dalam tantangan ini, muncul kebutuhan akan aksi nyata dan peran pemuda menjadi kunci.

Melalui Net Zero Heroes Workshop, generasi muda Serambi Khatulistiwa diajak untuk memahami dan menghadapi tantangan ini. Mereka tidak hanya belajar tentang krisis iklim, tetapi juga diberdayakan untuk menjadi agen perubahan, membangun ketahanan komunitas mereka terhadap dampak yang semakin nyata. Workshop ini adalah langkah awal yang menanam harapan di tengah kabut krisis.

Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalimantan Barat yang berjarak 12 km dari pusat Kota Pontianak menjadi lokasi pelaksanaan NZH Workshop pada tanggal 25 November 2024 yang diikuti oleh 35 peserta. Menariknya, UNU Kalbar mengusung pendidikan berbasis agama islam sebagai wadah bagi anak muda untuk melawan krisis iklim dengan Rahmatan lil-alamin.

“Beribadah kepada Allah SWT tidak cukup dengan dzikir lafdhi (kata-kata) tapi juga perlu dzikir fi’li atau dzikir yang berdasarkan amal perbuatan. Salah satu perbuatan yang baik adalah memelihara lingkungan hidup dengan baik, seperti memelihara dan mengelola hutan dengan baik”.

– KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) –

GAWIREA berkesempatan untuk berdiskusi bersama anak muda Nahdlatul Ulama dalam mengedepankan dan meningkatkan kapasitas diri terkait edukasi perubahan iklim.

Peserta Net Zero Hero Workshop di Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat (GAWIREA, 2025)

Workshop ini diawali dengan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Universitas  Nahdlatul Ulama dan GAWIREA, yang diwakili oleh Bapak Jasmin Haris, M. Pd. dan Program Officer GAWIREA, Faisal Rohmiani. Kolaborasi ini menandai langkah penting dalam keberlanjutan program, sekaligus membuka peluang untuk pertukaran gagasan dan strategi antara dunia akademik dan yayasan, guna memperkuat dampak yang dihasilkan.

Penandatanganan Kerjasama UNU dan GAWIREA (GAWIREA, 2024)

Sesi pembuka workshop dimulai dengan membahas tentang strategi transisi energi berkeadilan masa depan. Melalui materi ini, mahasiswa UNU Kalbar yang telah dibekali dengan pengetahuan agama, diajak untuk memahami peran mereka sebagai khalifah di bumi. Mereka mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai spiritual dapat selaras dengan tanggung jawab menjaga keberlanjutan alam dan melawan krisis iklim yang semakin mendesak.

“Kita di sini (workshop Net Zero Heroes) dipaparkan ilmu tentang kenapa sih harus beralih ke energi baru terbarukan” tutur Fadli, salah satu peserta dari program studi teknik lingkungan dari UNU Kalbar.

Mendemonstrasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sistem off-grid merupakan aktivitas berikutnya, peserta berkesempatan mencoba merakit sistem PLTS. Materi ini diperuntukan untuk memberikan visualisasi PLTS sekaligus memperkenalkan fungsi dan peran setiap komponen yang digunakan dalam sistem energi terbarukan ini.

Demonstrasi Perangkat Solar Panel Bersama Kak Hisaint (GAWIREA, 2024)

Peserta Menjelaskan Strategi Negaranya Melawan Krisis Iklim Bersama Kak Ichal (GAWIREA, 2024)

“Kedepannya sebagai anak muda saya ingin mengajak teman – teman untuk berdiskusi dan membahas isu perubahan iklim di sini (Kalimantan Barat)” tutur Putri, salah satu peserta dari UNU Kalbar.
Penutupan workshop berlangsung antusias dengan permainan interakrif Net Zero Hero Tools.Dalam permainan ini, peserta diajak memahami bagaimana sebuah negara menyusun strategi menghadapi krisis iklim,  sambil merasakan tantangan dan dinamika yang terjadi. Secara berkelompok, mereka berdiskusi untuk menentukan prioritas, menyusun kartu aksi, dan merancang kebijakan iklim yang sejalan dengan tujuan bersama. Setelah strategi untuk 15 tahun disusun, kartu tantangan dan adaptasi diberikan, menghadirkan skenario yang menggambarkan realitas dinamis tentang strategi sebuah negara harus terus disesuaikan dengan perubahan situasi. Permainan ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan kompleksitas pengambilan keputusan dalam menghadapi krisis iklim, sekaligus membangun semangat kolaborasi di antara peserta.

Kerja sama yang ditandatangani di awal workshop menjadi simbol bahwa perjuangan ini bukan milik individu semata, melainkan upaya bersama. Dan ketika para peserta meninggalkan ruangan, mereka membawa lebih dari sekadar catatan atau pengalaman; mereka membawa tanggung jawab baru untuk menjaga bumi dan meneruskan semangat kolaborasi yang lahir di workshop ini. Bagi mereka, ini bukan akhir—ini adalah awal dari perjalanan panjang menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Share this post on: