Share this post on:

WELCOME HOME, NET-ZERO HEROES!

Jika kamu sampai menemukan halaman sambutan ini, maka kami berterimakasih atas usaha kamu untuk menemui kami secara daring, selamat datang di rumah kami, GAWIREA!

GAWIREA adalah perjalanan panjang kami untuk terus menjaga idealisme dalam isu sosial tentang ketahanan energi di masyarakat akar rumput. Kamu mungkin telah mendengar tentang ide bisnis kami atau tentang gagasan sekolah energi yang kami miliki, terimakasih atas pujiannya. Namun sesungguhnya GAWIREA bukanlah sebuah proyek ambisius melainkan kelemahan dari kami bertujuh sebagai pendirinya. GAWIREA tidak lahir dari harapan melainkan ketakutan, kegelisahan, dan ketidakberdayaan kami menyaksikan permasalahan yang dialami perempuan dan anak-anak di daerah terdepan, terluar, tertinggal, dan transmigrasi.

Kami mengikuti program pengabdian masyarakat yang digagas oleh Bu Tri Mumpuni. Kami tersebar di berbagai provinsi dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumba, Papua, dan Papua Selatan. Perjalanan setahun hidup bersama masyarakat tanpa akses listrik dan fasilitas yang sangat terbatas membuat kami sadar tentang masalah penting yang harus mulai dibenahi, tidak bisa lagi menunggu besok, tidak bisa lagi menunggu siapa, tapi harus dimulai dari kami dan saat ini juga. Dari sanalah GAWIREA lahir, dari beberapa desa yang bahkan tidak dapat diakses di Google Map.

Kami menyakini bahwa air, udara, listrik, pendidikan, dan rasa aman, adalah hak asasi dasar manusia yang menjadi tanggung jawab negara. Keterbatasan akses listrik tidak berhenti sampai permasalahan penerangan saja. Tidak hadirnya listrik membuat adik-adik kami tidak dapat belajar dengan efisien, membuat ibu-ibu kami harus menempuh puluhan jam dengan perahu untuk melahirkan, keterbatasan akses listrik bahkan membuat saudara sebangsa kita kesulitan memeroleh makanan, lalu kelaparan dan meninggal dunia. Maka, pemenuhan kebutuhan energi menjadi hal yang sangat mendesak.

Di usia yang muda ini kami sadar bahwa kemampuan kami untuk melakukan perubahan sangat terbatas. Jangankan membuka lapangan kerja, kami pun kesulitan mencari kerja. Jangankan memberdayakan, kami pun masih butuh diberdayakan. Namun kami memberanikan diri untuk mengubah ketakutan kami menjadi impian, mengubah impian kami menjadi rencana, menyusun rencana kami menjadi program kerja. Peter Heller dalam buku perjalanannya pernah menuliskan seperti ini, “The great thing about being young and dumb is that you don’t know what you can’t do“. Maka selangkah demi selangkah kami mencoba menghidupi GAWIREA dengan segala hal dan upaya yang kami punya.

Ada pepatah Bugis yang mengatakan “Selluka ri ale kabo pusa nawa-nawa ati mallolongeng (Saya masuk ke hutan belantara dan kemudian tersesat, namun keyakinan dari hati menemukan jalan keluar)”. Kalimat pepatah inilah yang cocok tentang perjalanan kami.

Wah, jika kamu membaca sambutan ini sampai akhir, maka sepertinya kamu sangat tertarik untuk menjadi bagian dari perjalanan kami, bukan? Ya, kami ingin kamu dan semakin banyak anak muda Indonesia ikut dengan kami sellu ri ale kabo (masuk ke hutan) ini, namun tenang karena kami telah menjalaninya sekali, kami telah memiliki kompasnya, kami telah menggambar petanya, kamu tidak perlu khawatir tersesat. Perubahan ini tidak bisa dilakukan oleh tujuh anak muda nekat seperti kami, tentu kami butuh kalian, karena kami juga percaya Indonesia butuh kita. Terimakasih!

Your faithfully,

Rosita & GAWIREA Team

Share this post on:

4 Comments

  1. Avatar Andi Rosita Dewi

    Abdullah

    Kereeeen sy berharap bisa menelusuri hutan Kalimantan timur dan saya siap mengawal menelusuri hutan.klo boleh lebai kita bersama meninggalkan jejak cahaya dlm hutan bagi warga negara bumi.saya menunggu (mu)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *